Rabu, Juni 04, 2008

Terbaik Diantara Baik

Terkadang apa yang terpikir dalam benak kita lepas dari pandangan kita. Ataupun sebaliknya. Hal biasa yang sudah sering terjadi seperti kebiasaan. Berlalu begitu saja. Padahal kalau kita cermati, banyak pelajaran yang dapat kita kutip dan kita ambil hikmahnya. Pemikiran kita sering mengganggap sesuatu yang baik dan sering dilakukan. Contoh sholat adalah pekerjaan yang baik, tapi alangkah lebih baik dilakukan secara berjamaah. Lebih utama lagi dilaksanakan berjamaah dan di masjid.
Orang kaya dermawan, itu sudah sewajarnya, namun kalau ia fakir lagi dermawan, lha ini baru istimewa. Sebenarnya masih banyak lagi contoh keistimewaan dalam kehidupan sehari-hari yang sering terlepas dari pemikiran kita.
Semua itu merupakan bagian dari kehidupan manusia sebagai kholifatullah fil ardhi. Bagaimana menjadi manusia kamil yang sesungguhnya. Secara utuh bukan hanya sebagai "wong" (artinya orang yang growong = orang yang berwujud, tetapi isinya bukan manusia) atau "manungso" (artinya menus sing ngoso-ngoso = kera yang penuh dengan nafsu), namun lebih sebagai "tiyang" (artinya titiane yang widi = trah makhluk yang maha kuasa sebenarnya).
Mari kita mencoba cermati apa yang telah kita lakukan, apa yang ada di sekeliling kita. Bukan hanya pandai mencermati orang lain dan mampu membaca lingkungan orang. Lebih detailnya evaluasi diri, tepo seliro.
InsyaAllah dengan demikian kita akan menjadi jiwa yang tentram dan kona'ah. Amiin

7 komentar:

SaifulBashrie mengatakan...

setuju benar 100%..sentiasa mendoain yang terbaik untuk diri sndiri, juga famili dan sahabat handai..

Anonim mengatakan...

menus ngoso-oso opo kang?
kayak teori sobimannya kang Tejo po?

EKO SUMARSONO, ST mengatakan...

Intine menurut saya: Manusia bisa menjadi berarti ketika bisa memberikan kemanfaatan, menjadi solusi atas segala hal yang ada di bumi ini....

Gudang Kambing mengatakan...

to Bash: benar
to Ndoro seten: Jowo bener
to Eko sms: matur nuwun

pudi-interisti mengatakan...

Pak, kula masuk golongan yang mana ya???? saya punya impian jadi orang kaya yang dermawan, tapi masih sekedar impian. Kalau kere dermawan, bisa jadi pertanyaan darimana dan berwujud apa yang dia jadikan media sebuah kata kedermawanan itu. Tapi dermawan kan tidak harus memberi dengan harta ya? geblek aku.

namaku wendy mengatakan...

mo melakukan yg baik aja susahnya suka ampun2 deh, apalgai yg terbaik hehehe brarti bukan tiyang yah;p hayuk habis baca postingannya mas'e harus jadi semangat.. semangat.. biar bisa jadu tiyang!

Anonim mengatakan...

mbaca postinganku ini, jadi inget salah satu familiku di Kudus, yang bijak dalam bertindak, tepo slirone dhuwur banget