Senin, Maret 31, 2008

Memilih Sekolah

BALANCES FULL DAY SCHOOL
Oleh: Eko Priyono


Keberadaan sekolah full day school kian menjamur di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan kota besar lain. Sistem ini sangat menguntungkan bagi orang tua, terutama bagi pasangan suami istri yang aktif atau sibuk bekerja. Orang tua tidak perlu merasa cemas selama bekerja, karena selama bekerja anak dalam pengawasan dari pihak yang dapat diandalkan. Di pihak anak, mereka tidak akan merasa bosan, sedih dan kesepian yang menunggu orang tuanya pulang kerja, karena mereka dapat menghabiskan waktunya seharian di sekolah dengan kegiatan bermanfaat bersama guru dan teman-temannya. Mereka dapat bermain dengan berbagai mainan dengan fasilitas yang banyak dan beraneka. Padahal kita ketahui bahwa banyak kasus kenakalan anak dan remaja karena salah pergaulan, baik kebiasaan aktivitas di dalam dan di luar rumah atau pengaruh dari berbagai media.

Namun kadangkala program ini juga menjadi kendala bagi sebagian besar orang tua yang akan memilihnya. Kebimbangan ini muncul dari sebagian orang tua yang kebetulan mempunyai waktu longgar untuk bersama sang buah hati. Mereka menganggap full day school justru menyengsarakan anak. Anak harus berangkat pagi pulang sore, mereka siang tidak bisa tidur, bagaimana pola makannya, bagaimana bermain, dan masih banyak kebimbangan lain. Keresahan lain dari orang tua adalah anak yang sekolah di full day school kurang sosialisasi, temannya hanya itu-itu saja, sehingga anak jadi jemu, tidak bisa membaur dengan anak-anak sekitar dan merasa ekslusif.

Kesalahan besar yang beredar bahwa full day school hanya dinilai dari jam belajarnya saja, yakni mulai pagi hingga sore hari atau sekolah keseharian. Tetapi perubahan sikap sehari-hari anak yang ditinggal orang tuanya bekerja belum terpikirkan. Sementara itu anak sangat membutuhkan figur seorang bapak atau ibu yang bisa dijadikan teladan. Pada sekolah yang menerapkan full day school hal ini terpenuhi, oleh seorang figure guru sebagai seorang pendidik, orang tua, teman bermain, bukan hanya sekedar pengajar. Jadi program ini bukan sekedar jam yang banyak tetapi muatan-muatan lain yang tinggi. Bahkan anak yang sekolah di full day school mendapatkan tiga keuntungan sekaligus, yakni keuntungan dari segi akademis, social dan motivasi (perilaku). Banyak sekolah yang menawarkan program cukup bagus, misalnya mengajarkan anak jiwa enterpreneur dan leadership. Akan tetapi jika mereka tidak full day, akhirnya program itu kurang maksimal, karena sebatas mengisi atau memenuhi jam atau mungkin hanya mengikuti “trend”. Sementara di sekolah full day program-program seperti diatas memang menjadi target, dan diplikasikan secara langsung.
Menurut Elicker dan Marthur (1997) anak yang sekolah full day school memiliki kesiapan belajar yang lebih tinggi daripada anak-anak yang sekolah setengah hari. Hal ini didukung studi Hough dan Bryde (1996) bahwa dari 511 anak yang bersekolah full day school menemukan bahwa mereka menghasilkan nilai yang lebih tinggi pada tiap-tiap aitem tes-tes prestasi. Sedangkan dari segi sosial, Clark dan Kirk (2000) menemukan anak-anak yang bersekolah seharian lebih mudah bergabung dan bersosialisasi dengan teman sebayanya dan memiliki keterampilan sosial (social skills) yang lebih baik. Para ahli mengungkapkan bahwa anak yang bersekolah full day school lebih mandiri, mengalami kecemasan yang rendah, lebih berani untuk mendekati (berbicara) dengan guru, lebih jarang tidak masuk sekolah dan lebih survive dalam menghadapi tantangan dimasa yang akan datang. Clark dan Kirk (2000) menambahkan bahwa anak-anak yang bersekolah di full day school secara perilaku dan motivasi mereka lebih positif dan produktif.

Sementara itu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dicanangkan oleh pemerintah menganjurkan pengembangan model sekolah dibebaskan sesuai dengan visi dan misi masing-masing sekolah yang mungkin tidak sama antara sekolah satu dengan lainnya. Dengan kata lain pengembangan kurikulum, perangkat pembelajaran, dan kurikulum muatan lokal (mulok) tentunya disesusikan pada masing-masing sekolah. Ironisnya yang terjadi di lapangan justru guru-guru berkumpul untuk membuat perangkat pembelajaran secara bersama-sama, yang tidak disesuaikan dengan kondisi sekolah sesuai dengan tuntutan kurikulum. Maka tidaklah salah kiranya program sekolah full day school mempunyai kurikulum “plus” dengan perangkat yang berbeda dengan sekolah lain.

Jadi sekolah full day school sebenarnya memiliki kurikulum inti yang sama dengan sekolah umumnya, namun mempunyai kurikum lokal seperti leadership, Green Education, Teknologi informatika, mengaji dan lain-lain. Dengan demikian kondisi anak didik lebih matang dari segi materi akademik dan non akademik. Dengan berbagai strategi yang dikembangkan oleh sekolah full day school, peserta didik lebih rileks, tidak terburu-buru dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan memberikan pengalaman yang bervariasi. Sedangkan guru dapat memberikan kesempatan untuk mengukur dan mengobservasi perkembangan anak secara leluasa, dan terbinanya kualitas interaksi antara figur guru dan murid secara lebih baik, sehingga tidak akan muncul murid takut dengan guru, bahkan figur guru benar-benar seseorang yang dapat digugu dan ditiru. Ok bagi orang tua yang akan memilih sekolah bagi buah hatinya semoga tulisan ini bermanfaat. Amin.



Selasa, Maret 25, 2008

Penelitian terbaru

THE USAGE OF SURABAYA ZOO ( KBS ) AS LECTURING MEDIA ORIENTED ON THE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING ( CTL)
LECTURING SUBJECT of TAXONOMY of ANIMAL II

By:
Eko Priyono

ABSTRACTION


Lecturing subject of Taxonomy of Animal of II is described in learning and studying the concept of animal classification , disseminating and habitat especially species in Indonesia, submitted theoretically and practical work with durability preparat, so that the study target will be less reached. Based on that reason, an effort will be conducted which can improve the activity and result of learning student by developing study peripheral, LKM, guide-book, and test of result of learning which related to the Kemp model. It has been applied to Biological Student S-1 year 2003 through CTL approach, which used Surabaya Zoo (KBS) on discussion of aves class. The result of research has been obtained that the activity of student has indicated to the student only, the student response toward that learning is good, the student’s result of learning good with the real correct answer proportion range from 49% up to 100% for the test of result of learning product and 60% up to 100% for the test of process. The summary of Research of using KBS as studying media which oriented to the CTL approach on discussion of aves class can improve and complete the result of learning Biological Majors student of FMIPA Unesa.

Key word: Kemp, CTL, and result of learning


PEMANFAATAN KEBUN BINATANG SURABAYA (KBS)
SEBAGAI MEDIA PERKULIAHAN BERORIENTASI
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
MATA KULIAH TAKSONOMI HEWAN II

Oleh:
Eko Priyono

ABSTRAK


Mata kuliah Taksonomi Hewan II dideskripsikan memperlajari dan mengkaji konsep klasifikasi hewan, sebaran dan habitat terutama spesies di Indonesia, disampaikan secara teori dan praktikum dengan preparat awetan, sehingga tujuan pembelajaran kurang tercapai. Atas dasar itulah dilakukan upaya yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa dengan mengambangkan perangkat pembelajaran, LKM, buku panduan, dan tes hasil belajar yang mengacu model Kemp. Penerapannya di Mahasiswa S-1 Biologi angkatan 2003 melalui pendekatan CTL, yang memanfaatkan Kebun Binatang Surabaya (KBS) pada pokok bahasan klas aves. Hasil penelitian diperoleh bahwa aktivitas mahasiswa mengindikasikan berpusat pada mahasiswa, respon mahasiswa terhadap pembelajaran tergolong baik, hasil belajar mahasiswa tergolong baik dengan proporsi jawaban benar berkisar antara 49% sampai dengan 100% untuk tes hasil belajar produk dan 60% sampai dengan 100% untuk tes proses. Simpulan penelitian pemanfaatan KBS sebagai media pembelajaran berorientasi pendekatan CTL pada pokok bahasan klas aves dapat meningkatkan dan menuntaskan hasil belajar mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA Unesa.


Kata kunci: Kemp, CTL, dan hasil belajar



Anda yang menginginkan beberapa penelitian terbaru berhubungan dengan Pendidikan S-1, S-2, S-3, atau tentang literatur yang lain, silakan hubungi kami.

031-72321706
email: xoneeawank@gmail.com
ekomagister@gmail.com
See You Later

Rabu, Maret 19, 2008

Tambahnya IPA dalam UNAS 2008

Ujian Nasional. Apakah benar bahwa hasil akhir dari sebuah proses pembelajaran sekian tahun mampu diukur dengan nilai yang dicapai saat Ujian Nasional (Unas)? Pertanyaan itu kadang muncul, bahkan sering terlontar di benak kita. Apapun kegunaan dan bagaimana tingkat keefektifannya, yang jelas nilai Unas sekarang ini masih digunakan sebagai barometer utama untuk mengukur tingkat prestasi siswa. Bagaimana dengan pencapaian tingkat standar kompetensi lulusan? Menurut Prof. Dr. Djemari Mardapi, Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), mengungkapkan bahwa pencapaian standar kompetensi lulusan pada dasarnya tanggung jawab sekolah, karena itu jika siswa belum mencapai standar mencapai kompetensi maka guru harus melaksanakan program pembelajaran perbaikan pada mata pelajaran tertentu yang belum mencapai standar kompetensi seperti yang ditetapkan.
Tantangan ini diharapkan akan membangkitkan motivasi berprestasi guru dan siswa yaitu dengan peningkatan kualitas proses belajar baik yang dilakukan di kelas maupun di luar kelas. Mata pelajaran yang diujikan juga tidak menuntut fasilitas labolatorium yang mahal kecuali untuk bahasa Inggris untuk mendengarkan Bahasa Inggris dibutuhkan tape record.
Unas pada dasarnya merupakan tantangan bagi sekolah, guru, siswa dan orang tua. Tantangan ini berupa pencapaian standar kompetensi lulusan yaitu dengan skor minimum 4,25 untuk masing-masing mata pelajaran dan skor minimum 5,25 untuk nilai rata-rata total pelajaran.
"Ujian Nasional untuk SMP ada tambahan mata pelajaran IPA, untuk SMA tambahannya mata pelajaran Fisika, Kimia dan Biologi untuk program IPA. Untuk program IPS tambahannya Matematika, Geografi dan Sosiologi serta untuk program bahasa tambahannya Sastra Indonesia, Bahasa Asing dan Matematika," ujarnya pada diskusi Forum Wartawan Pendidikan (Fortadik).
Dia menjelaskan Khusus untuk siswa tingkat SD sesuai dengan prinsip wajib belajar yang bermutu maka mulai tahun pelajaran 2007/2008 akan melaksanakan ujian nasional dalam bentuk Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) yang pelaksanaannya bersama dan terintegrasi dengan ujian sekolah. Mata pelajaran yang diujikan adalah Bahasa Indonesia, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang akan berlangsung secara nasional pada 13-15 Mei, kemudian diikuti dengan ujian sekolah. Soal ujian UASBN 75% disusun daerah dan 25% disusun oleh BSNP. Jelasnya lebih lanjut.
Pelaksanaan ujian ini rencananya akan dilakukan secara serentak seluruh Indonesia. Adapun prediksi waktu pelaksanaan Ujian Nasional dan Mata Pelajaran adalah:

No  Jenjang Waktu SusulanMata Pelajaran
1      SD/MI 13-15 Mei 200820-22 Mei 2008Bahasa Indonesia,
Matematika dan IPA
2      SMP/MTs/SMPLB 5-8 Mei 2008 12-15 Mei 2008 Bahasa Indonesia,
Matematika, Bahasa Inggris 
dan IPA
3      SMA/MA22-24 April 200828-30 April 2008Jurusan IPA:
Bahasa Indonesia,
Matematika, Bahasa Inggris Fisika, Kimia dan Biologi
Jurusan IPS:
Bahasa Indonesia, Ekonomi,
Bahasa Inggris, Geografi,
Matematika, Sosiologi
4      SMA/SMALB 22-24 April 2008 28-30 April 2008Bahasa Indonesia,
Matematika, Bahasa Inggris