Jumat, Juni 27, 2008

Donor Darah
Hari ini aku genap berdonor ke-22, sebenarnya kalau rutin dilakukan sudah lebih dari jatah itu. Donor darah, kadang bagi sebagian besar orang merasa takut. Namun sebenarnya justru memiliki beberapa keuntungan. Di satu sisi segi kemanusiaan, satu sisi segi kesehatan. Sebelum kita donor, kesehatan kita diperiksa, setelah kita donor, darah kita juga diperiksa, sehingga kalau diketahui dalam perjalanan kita mengidap penyakit tertetu terdeteksi sejak dini.
Syarat donorpun cukup mudah:
1. berbadan sehat
2. berusia 17-65 tahun
3. berat badan minimal 45 kg
4. tidak sedang menderita penyakit
5. wanita: tidak sedang hamil dan menyusui
6. jarak waktu donor darah sekurang-kurangnya 2,5 bulan
Nah mudah kan. Kapan kita akan menjadi manusia yang baik, setidaknya kalau belum bisa berbuat banyak untuk sesama, ini mungkin bisa menjadi salah satu caranya. Saat kita/keluarga tidak membutuhkan memang terasa ringan, namun kalau udah membutuhkan, ternyata darah itu sangat berarti bagi kita.
OK, selamat berdonor.

Selasa, Juni 17, 2008

SORRY - MAAF - THANKS

Hanya itu yang mampu terucap, hanya kata itu sekiranya yang mempu membuat hati ini bisa lega dan ikhlas.
good luck my friends , good luck every body

see you next time to .........


Rabu, Juni 11, 2008

Fakir lagi dermawan, lha ini baru istimewa

Ungkapan ini membuat kita geli. Namun kalau kita kaji secara mendalam, ternyata sangat enteng. Betapa tidak. Kalau kita terlahir menjadi orang kaya, mungkin bersikap dermawan itu hal yang mudah, namun kalau kita fakir alias miskin, bagaimana kita akan dermawan? Apapun yang ada pada diri kita, baik yang terjadi sekarang, besok, kemarin maupun yang akan datang, yakinkan bahwa itu adalah ketentuan Allah yang paling sempurna buat kita.
Masih ingat dengan postingan sebelumnya. Sengaja judul ini saya ambil dari penggalan kalimatnya. "Orang kaya dermawan, itu sudah sewajarnya, namun kalau ia fakir lagi dermawan, lha ini baru istimewa."Keistimewaan ini juga diungkapkan oleh Ustadz Mansyur. Kalau kita ingin mendapat rezeki 1.000.000,- maka kasarannya kita harus berinves 10% = 100.000,-. Itu semua telah tertuang di dalam AL-Quran, dan janji Allah tidak akan diingkari. (maaf saya tidak akan membahas p x l masalah ini).
Sebanding dengan ungkapan: Kalau kita akan memancing tongkol, maka umpannya cukup cacing atau udang kecil, namun kalau kita akan memancing hiu, maka umpannya juga gak cukup dengan cacing, melainkan harus yang lebih besar seperti tongkol itu sendiri.
Kembali ke masalah kedermawanan. Bagaimana kita akan menjadi kaya dan dermawan (yang diuji dengan melimpah harta dan mampu memberi barokah kepada orang disekelilingnya), sementara kita tidak belajar dermawan dari kecil (saat kita fakir). Seperti komentar poo "bahwa pingin kaya dan dermawan" Maka dari sekarang ya.. harus dermawan dulu. Harta yang kita dermakan akan berdoa:
SEDEKAH
Durratun Nashihin


Harta sedekah dan barang sedekah apabila sudah keluar dari tangan pemiliknya, ia akan berkata-kata:
Dulu aku kecil, kini engkau besarkan
Dulu engkau pelindungku, kini aku pelindungmu
Dulu aku musuh, kini engkau mencintaiku
Dulu aku fana, kini engkau mengekalkan aku
Dulu aku sedikit, kini engkau melipatgandakan aku


Dari sinilah awal segalanya. Walaupun kita belum seberuntung (kaya), saya secara pribadi mengajak untuk dermawan, terutama kepada yatim dan duafa! Itu bagian dari umat seperti kita, tanggung jawab kita. Semoga niatan kita diridhoi oleh Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Amin

Rabu, Juni 04, 2008

Terbaik Diantara Baik

Terkadang apa yang terpikir dalam benak kita lepas dari pandangan kita. Ataupun sebaliknya. Hal biasa yang sudah sering terjadi seperti kebiasaan. Berlalu begitu saja. Padahal kalau kita cermati, banyak pelajaran yang dapat kita kutip dan kita ambil hikmahnya. Pemikiran kita sering mengganggap sesuatu yang baik dan sering dilakukan. Contoh sholat adalah pekerjaan yang baik, tapi alangkah lebih baik dilakukan secara berjamaah. Lebih utama lagi dilaksanakan berjamaah dan di masjid.
Orang kaya dermawan, itu sudah sewajarnya, namun kalau ia fakir lagi dermawan, lha ini baru istimewa. Sebenarnya masih banyak lagi contoh keistimewaan dalam kehidupan sehari-hari yang sering terlepas dari pemikiran kita.
Semua itu merupakan bagian dari kehidupan manusia sebagai kholifatullah fil ardhi. Bagaimana menjadi manusia kamil yang sesungguhnya. Secara utuh bukan hanya sebagai "wong" (artinya orang yang growong = orang yang berwujud, tetapi isinya bukan manusia) atau "manungso" (artinya menus sing ngoso-ngoso = kera yang penuh dengan nafsu), namun lebih sebagai "tiyang" (artinya titiane yang widi = trah makhluk yang maha kuasa sebenarnya).
Mari kita mencoba cermati apa yang telah kita lakukan, apa yang ada di sekeliling kita. Bukan hanya pandai mencermati orang lain dan mampu membaca lingkungan orang. Lebih detailnya evaluasi diri, tepo seliro.
InsyaAllah dengan demikian kita akan menjadi jiwa yang tentram dan kona'ah. Amiin